Arsitek Pemenang Sayembara Desain Lombok Epicentrum Square
Belum lama ini, Ikatan Arsitek Indonesia NTB bersama dengan Varindo Lombok inti-yaitu sebuan perusanaan developer dari Lombok, Nusa Tenggara Barat mengadakan sayembara Master Plan dan Desain Prarencana Lombok Epicentrum Square. Tanap awal sayembara tersebut yaitu tahap pendaftaran hingga batas terakhir pemasukan karya sayembara.
Sebenarnya, sayembara Desain Pra-rencana Lombok Epicentrum Square ini bertujuan untuk mencari sebuan desain yang dapat diwujudkan menjadi landmark Kota Lombok. Selain itu, desain Lombok Epicentrum Square pun harus dapat mengangkat identitas dan ciri khas dari daerah Mataram, khususnya Lombok. Untuk memastikan tujuan dari sayembara tersebut maka Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) NTB dan Varindo Lombok Inti pun memilih beberapa juri yang kompeten untuk memberikan penilaian untuk desain-desain yang datang dari para peserta sayembara. Dewan juri yang ditunjuk oleh pihak penyelenggara sayembara Desain Pra-rencana Lombok Epicentrum Square antara lain, Prof. Dr. Ir. Gunawan Tjanjono (ketua), Prof. Dr. Budi A. Sukada (sekretaris), Paramita Atmodiwirjo (Anggota), Yandi Andiyatmo (anggota), dan Ir. Dewa Made Suparse (anggota).
Siapakah Arsitek Pemenang Sayembara Ini?
Di Hotel Santika Lombok, keputusan dari para dewan juri tersebut pun dibacakan. Berdasarkan keputusan dewan juri sayembara Desain Prarencana Lombok Epicentrum Square maka ditetapkan hasil karya dari Dicke Nazzary Akbar sebagai pemenang pertama. Lalu, hasil rancangan karya Mariska Pratimi menjadi pemenang kedua, sedangkan hasil rancangan karya Legawa Widyatmaja menduduki posisi ke-tiga.
Pertimbangan Tim Arsitek Juri
Menurut
arsitek pemenang dari sayembara Desain Prarencana Lombok Epicentrum Square tersebut, Lombok Town Square nantinya akan menjadi sebuah tempat untuk berkumpul, melepas penat, bercanda tawa, berbelanja, dan juga menjadi kebanggaan bagi masyarakat Kota Mataram, Oleh karena itu, desain dan bentuk dari prarencana Lombok Epicentrum Square pun harus kental nuansa Mataram-nya.
Pada akhirnya, tim arsitek yang diketuai oleh Dicke Nazzary Akbar tersebut pun menggunakan aksen tenunan Sasak atau tenun Mataram sebagai identitas dari desain prarencana Lombok Epicentrum Square agar desain karyanya dapat menjadi simbol sekaligus landmark dari Kota Mataram.
Maksud desain purwarupa Lombok Town Square karya tim arsitek yang diketuai oleh Dicke Nazzary Akbar yang terispirasi oleh tenun Sasak ini adalan untuk mengedepankan unsur dan cita rasa lokal dalam desain mereka. Filosofi di balik pemilihan tenun Sasak sebagai identitas desain bangunan karya tim arsitek yang diketuai oleh Dicke Nazzary Akbar adalah untuk mengombinasikan nilai-nilai terbaik menjadi satu jalinan kain yang utuh-seperti kain tenun Sasak, sehingga dalam kawasan tersebut nantinya akan muncul jalinan dari potensi-potensi lokal (Sumber daya manusia) untuk menimbulkan sebuah sinergi yang positif dan koheren.
Selain itu, desain arsitektur karya arstik Dicke Nazzary Akbar dkk. ini juga menitikberatkan pada aspek pencampuran tekstur kota Lombok. Dalam desain tersebut nilai historis, nilai ekologi, nilai sosial, serta aspek-aspek komersial Lombok dimunculkan melalui beberapa sekuen kegiatan yang diskenariokan dalam ruang-ruang terbuka yang tersedia.
Pada desain tersebut, sang arsitek menunjukkan bahwa jantung dari Lombok Epicentrum Square adalah taman yang letaknya di tengah-tengah, lalu melalui titik sentral tersebut dikembangkan suatu loop besar yaitu sebuah jalinan transportasi publik yang sekuensial antara ruko, mall dan hotel yang dijalin dalam satu kesatuan yang utuh.
Yang lebih mengesankan dari
konsep desain arsitek pemenang sayembara Desain Prarencana Lombok Epicentrum Square ini adalah konsep desain yang menitikberatkan pada pertimbangan “kawasan yang memperhitungkan pengembangan di masa depan”. Berdasarkan pertimbangan tadi, pihak pengembang dapat membangun Lombok Epicentrum Square secara bertanap karena ada pemisahan zona parkir ruko, mall, dan hotel agar nantinya dapat dibangun secara bertahap atau bergantian. Selain itu, peletakan massa bangunan pun telan membertimbangkan tanah di sebelah yang kosong sehingga nantinya dapat dijadikan ekstensi dari bangunan Lombok Epicentrum Square.
Lalu, jika desain ini nantinya direalisasi maka pengunjung Lombok Epicentrum Square pun akan mendapat kemudanan dalam akses transportasi, baik di dalam maupun dari luar Lombok Epicentrum Square-sebab terdapat pertimbangan “transponasi umum internal dan eksternal". Dalam desain tersebut arsitek membuat rencana untuk menyediakan trem sebagai media transportasi di sekitar wilayah Lombok Epicentrum Square. Area parkir yang direncanakan pada desain tersebut pun sengaja dibuat untuk memudahkan akses pengunjung dari area parkir ke area Lombok Epicentrum Square, maupun sebaliknya sebab letaknya yang linear di daerah batas kawasan.
Sebagai
jasa desain rumah profesional, dalam desain ini pun juga memperhatikan kepentingan manusia yang mendiami bangunan di sekitar kawasan Lombok Epicentrum Square. Dengan konsep “penghubung manusia dengan manusia", nantinya Lombok Epicentrum Square diharapkan tidak menjulang dengan congkak di antara bangunan lainnya dan malah menghambat akses jalan utama di sekitarnya. Dalam desain tersebut, nantinya akan disediakan jalan akses utama yang juga akan dibangun ruko-ruko sehingga akan menjadi area komersial yang dapat menguntungkan banyak pihak.
Selain terdapat hotel dan mall, sang arsitek di dalam desain Lombok Epicentrum Square ini pun menempatkan rancangan ruko. Namun, bukan sembarang ruko yang terdapat dalam desain ini, melainkan sebuan ruko yang mempunyai bentuk yang unik. Desain ruko dalam karya yang memenangkan sayembara desain purwarupa Lombok Epicentrum Square tersebut terinspirasi dari bentuk lumbung padi di Desa Sasak. Bentuk unik yang diadaptasi pada ruko dari desain tersebut nyatanya mempunyai nilai positif, plafon yang tinggi ternyata dapat menjaga suhu ruangan dan memastikan sirkulasi udara yang lancar.
Dengan mempertimbangkan berbagai konsep desain yang ditawarkan oleh tim
jasa arsitek yang dipimpin oleh Dicke Nazzary Akbar dalam desain Lombok Epicentrum Square miliknya maka dewan juri pun memilih karya tersebut menjadi pemenang sayembara. Beberapa konsep desain seperti, “pembangunan kawasan yang memperhitungkan pengembangan di masa depan”, “transportasi umum internal dan eksternal", dan “alokasi parkir secara linear di daeran batas kawasan" yang menitikberatkan pada prinsip “memudahkan manusia” adalan alasan di balik keputusan dewan juri yang telah mengganjar karya tersebut dengan predikat pemenang sayembara.
Selain desain yang “memudahkan manusia", purwarupa karya tim arsitek yang dipimpin oleh Dicke Nazzary Akbar tersebut juga sangat menonjolkan ciri khas dan nilai lokal dari Lombok, Mataram. Dengan memilih mengangkat “tenun Mataram" juga mengadaptasi bentuk lumbung padi dari Desa Sasak sebagai konsep desain rukonya, tim arsitek ini telah sukses menjadikan desain Lombok Epicentrum Square mereka sesuai dengan tujuan utama dari proyek pembangunan Lombok Epicentrum Square, yaitu untuk menjadi simbol dan landmark Lombok.
Source: The Proff / Briantoko Aji